konsep buku non fiksi

 Resume ke-15

 KONSEP BUKU NON FIKSI

Narasumber : Musiin. M. Pd.


Ibu Musiin adalah Narasumber di pelatihan menulis ke-15 ini. Adapun materi yang akan dipaparkan yaitu tentang konsep buku non fiksi. Narasumber adalah alumni kelas menulis Om Jay gelombang delapan yang juga mendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Beliau berhasil membuat karya buku berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi. Buku tersebut berhasil dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline.

Dari pengalaman Narsum sangat tergambar bahwa yang menjadi penghambat terbesar dalam menulis adalah diri sendiri. Ketakutan diri. Keberhasilan Narsum menulis buku dan diterbitkan oleh penerbit mayor dirasakannya sebagai sebuah keberhasil dalam mengalahkan ketakutan dari dirinya sendiri. Ketakutan yang merendahkan potensinya. Mangingat sebelumnya Narsum hanya menulis untuk tugas-tugas kuliah atau untuk tugas dinas sehingga tidak pernah terpikirkan akan bisa menulis.

Ketakutan yang dirasakan Narsum ketika akan menulis buku yaitu takut tidak ada yang membaca, takut salah dalam menyampaikan pendapat (melalui tulisan) dan merasa karya orang lain lebih bagus. Ketakutan-ketakutan ini  yang sering kali membuat Narsum merasa konyol dengan hanya duduk berjam-jam di depan laptop, namun tidak menulis apapun. Akhirnya Narsum bergabung di Kelas menulis Om Jay dan bertemu dengan banyak penulis pemula dan pemateri hebat, salah satunya adalah Prof Eko.

Diawali dari keharusan membuat resume dalam sebuah wadah: blog, telah berhasil menuntun Narsum menemukan cahaya diri untuk menghasilkan karya pribadi. Mengubah diri yang asalnya minder untuk menulis menjadi berani menulis. Bahkan sampai merasakan bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan yang ternyata sangat menyenangkan. Narsum juga memberikan pesan bahwa kegiatan menulis itu jangan sampai dianggap seperti mimpi buruk misalnya ketika harus membuat resume di pelatihan menulis Om Jay. Namun tanamkanlah dalam diri kegiatan ini adalah langkah untuk menuju sebuah puncak kesuksesan menjadi seorang penulis yang hebat.

Terkait tantangan menulis dari Prof. Eko narsum mengibaratkan Prof. Eko sebagai seorang Master  Chef  yang memberi kita banyak pilihan bahan masakan yang bisa kita olah menjadi berbagai jenis hidangan. Pilihannya ada pada diri kita masing-masing. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa kita peroleh di Prof EKOJI Channel.  Seperti yang disampaikan Prof Eko, bahwa kita bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita,  atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Narsum menyampaikan bahwa Beliau telah menghasilkan buku, sebenarnya kita juga memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum lahir.

Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara atau bergosip. Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS. Sebelum menulis buku, kita harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis.

Alasan Narsum sendiri ingin menjadi penulis, pertama, mewariskan ilmu lewat buku. Kedua, ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline. Ketiga, mengembangkan profesi sebagai seorang guru. Kutipan terkenal dari Imam  Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer menjadi penguat mengapa Narsum ingin menjadi penulis

 

Keinginan kuat  ternyata mengantarkan ke hukum tarik menarik di alam semesta ini. Hukum Tarik-Menarik dalam rahasia alam ini mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan.  Pikiran menjadi penulis mengantarkan Narsum mengikuti kelas-kelas menulis (salah satunya kelas Om Jay dan  tantangan menulis selama 1 minggu bersama Prof. Eko).

Terkait penulisan buku non-fiksi ada 3 pola penulisan buku nonfiksi yakni :

1.   Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit),  
     contohnya Buku Pelajaran.

2.  Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contohnya Buku Panduan).

3.  Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku   

     kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara).

Pola yang Narsum pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni Pola Klaster. Proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah. Pertama, Pratulis. Kedua, Menulis Draf. Ketiga, Merevisi Draf. Keempat, Menyunting Naskah. Kelima, Menerbitkan.

Dalam langkah pertama, Pratulis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan :

1.   Menentukan tema

2.  Menemukan ide

3.  Merencanakan jenis tulisan

4.  Mengumpulkan bahan tulisan

5.  Bertukar pikiran

6.  Menyusun daftar

7.  Meriset

8.  Membuat Mind Mapping

9.  Menyusun kerangka

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi bisa tentang parenting, pendidikan, motivasi dll. Tema bisa diambil dari sesuatu yang kita kuasai atau sesuatu yang menjadi kita. Selanjutnya dari tema tersebut akan melahirkan sebuah ide yang menarik. Hal ini bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita di media massa, status Facebook / Twitter / Whatsapp / Instagram, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan, membaca buku. Semua hal di sekitar bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk menulis sebuah buku.

Tema yang diangkat Narsum di bukunya adalah pendidikan. Idenya berasal dari berita di media massa,  mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. Referensi berasal dari data dan fakta yang Beliau peroleh dari literasi di internet. Pada saat Narsum menulis di awal pandemi Covid-19 hampir semua referensi berasal dari internet. Referensi berasal dari data dan fakta yang diperoleh dari literasi di internet. Referensi terdiri dari :

1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

3. Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ;

4. Penemuan yang telah didapatkan.

5. Pemikiran yang telah direnungkan

Tahap berikutnya membuat kerangka. Kerangka ini Narsum ajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk selanjutnya masuk ke proses penulisan. Dalam menulis isi buku harus berdasarkan kerangka yang telah dibuat. Narsum mengikuti nasihat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau (https://www.youtube.com/ watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be). Pak Yulius juga merupakan alumni gelombang 8. Langkah Pak Yulius sangat mujarab untuk menulis sebuah buku. Dengan mengikuti langkahnya, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis. Adapun daftar isi dari buku yang ditulis Narsum sebagai berikut :

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia

A. Pembagian Generasi Pengguna Internet

B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2 Media Sosial

A. Media Sosial

B. UU ITE

C. Kejahatan di Media Sosial

BAB 3 Literasi Digital

A. Pengertian

B. Elemen

C. Pengembangan

D. Kerangka Literasi Digital

E. Level Kompetensi Literasi Digital

F. Manfaat

G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi

H. Kewargaan Digital

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara

A. Keluarga

B. Sekolah

C. Masyarakat

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia

B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia

C. Membangun Digital Mindset Warganet +62

Anotomi Buku non-fiksi; Langkah Pertama,

1.   Halaman Judul

2.  Halaman Persembahan (OPSIONAL)

3.  Halaman Daftar Isi

4.  Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

5.  Halaman Prakata

6.  Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)

7.  Bagian /Bab

8.  Halaman Lampiran (OPSIONAL)

9.  Halaman Glosarium

10. Halaman Daftar Pustaka

11. Halaman Indeks

12. Halaman Tentang Penulis

Langkah kedua, Menulis Draf

1.   Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

2.  Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

Langkah ketiga, Merevisi Draf

1.   Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2.  Memeriksa gambaran besar dari naskah

Langkah keempat, Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)

1.   Ejaan

2.  Tata bahasa

3.  Diksi

4.  Data dan fakta

5.  Legalitas dan norma

Selain teknik penulisan perlu diperhatikan pula hambatan yang sering menghadang ketika proses menulis akan dimulai. Hambatan itu biasanya berupa hambatan waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan, hambatan psikologis, Bagaimanakah cara mengatasinya?

1.   Banyak membaca.

2.  Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau dari nara sumber terkait.

3.  Disiplin menulis setiap hari.

4.  Pergi ke pasar dan memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (bagi yang hobi memasak)

Demikian sharing yang disampaikan Ibu Narasumber. Terimakasih Bu Musiin, M.Pd.

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer